DISKOMINFO LAMSEL, Kalianda - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung
Selatan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mengikuti Rapat
Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri) secara virtual, Senin (24/11/2025). Kegiatan tersebut
diikuti dari Ruang Bagian Perekonomian Setdakab Lampung Selatan melalui
aplikasi Zoom Meeting.
Rakor nasional ini menjadi
forum strategis bagi pemerintah pusat dan daerah untuk memantau kondisi inflasi
sekaligus merumuskan langkah pengendalian di seluruh wilayah Indonesia,
terutama menjelang akhir tahun saat kebutuhan pokok cenderung meningkat.
Dalam paparannya, Wakil Menteri
Dalam Negeri (Wamendagri), Akhmad Wiyagus, menyampaikan bahwa inflasi nasional year on year (yoy) berada di angka 2,86
persen, masih berada dalam rentang target inflasi 1,5 hingga 3,5 persen. Ia
menjelaskan, komoditas penyumbang inflasi nasional masih didominasi oleh emas
perhiasan, cabai, dan beras.
“Secara month to month, penyumbang utama inflasi masih hampir sama, yakni
emas perhiasan serta komoditas pangan seperti cabai merah, telur ayam ras, dan
daging ayam ras. Emas menjadi salah satu komoditas yang mendorong terjadinya
inflasi baik secara yoy maupun mtm,” ujar Akhmad Wiyagus.
Ia menambahkan, lonjakan harga
emas yang kini mencapai Rp2.237.000 per gram menjadi faktor signifikan dalam
pergerakan inflasi, dipicu oleh tingginya permintaan masyarakat.
“Emas kini menjadi instrumen pilihan investor Indonesia untuk membangun ketahanan finansial dan menyiapkan dana darurat,” jelasnya.
Selain memaparkan kondisi
nasional, Wamendagri juga menyoroti perkembangan inflasi di daerah. Pada
tingkat provinsi, Sumatera Utara mencatat inflasi tertinggi dengan 4,97 persen,
disusul Riau 4,95 persen dan Aceh 4,66 persen.
Sementara pada level kabupaten,
Kerinci menempati posisi tertinggi dengan 6,70 persen, diikuti Toli-Toli 6,69
persen dan Pasaman Barat 6,67 persen.
Untuk tingkat kota, inflasi
tertinggi tercatat di Padang Sidempuan 5,71 persen, Gunung Sitoli 5,22 persen,
serta Pematang Siantar 5,10 persen.
“Ini perlu menjadi perhatian
bagi para pengampu kebijakan di wilayah masing-masing. Berikan perhatian khusus
bagi daerah yang inflasinya tinggi. Kita akan mendiskusikan bersama
langkah-langkah yang tepat agar inflasi bisa ditekan ke rentang yang telah
ditentukan,” tegas Akhmad.
Rakor ini diharapkan dapat
memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menjaga
stabilitas harga serta memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok tetap
terjaga. (ptm)